Indeks Kebahagiaan Indonesia
Indeks kebahagiaan atau yang dikenal juga dengan Index
of Happines adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat.
Indeks kebahagiaan adalah indeks komposit yang disusun
dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap 10 aspek kondisi kehidupan esensial:
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan
keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, rumah dan aset,
lingkungan, serta keamanan.
1. Kesehatan
Dua ni’mat yang sering dilupakan manusia adalah ni’mat
sehat dan waktu luang. Kita baru merasakan ni’matnya sehat apabila sakit. Ketika sakit ingin cepat sembuh.
Karena sakit itu tidak enak dan tidak nyaman, menghambat kegiatan kita,
sehingga kesehatan dapat menimbulkan bahagia.
2. Pendidikan
Dengan pendidikan yang lebih tinggi. Orang akan merasa
lebih Percaya diri. Lulusan SMP akan lebih percaya diri daripada lulusan SD,
dan seterusnya. Apalagi kalau berada di lingkungan pekerjaan.
3. Pekerjaan
Pekerjaan yang sesuai dengan minat dan hoby tentunya
membuat orang merasa nyaman. Apalagi kalau gajinya tinggi.
4. Pendapatan rumah tangga
Sering kali kita mendengar suami istri bercerai gara –
gara gaji suami tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari – hari. Karena istri
tidak puas dengan gaji suami.
5. Keharmonisan keluarga
Suami cekcok dengan istri atau ibu cekcok dengan anak
dan sebagainya akan menimbulkan ketidak bahagiaan bagi semua anggota keluarga.
Maka bagi setiap pasangan yang sedang melangsingkan pernikahan, apa yang mereka
harapkan? Mereka mengharapkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.
6. Ketersediaan waktu luang
Seperti yang sudah disampaikan diatas, bahwa ni’mat
yang sering dilupakan manusia adalah ni’mat sehat dan waktu luang. Petunjuk
agama mengajarkan kita untuk beramal di saat masih muda sebelum tua, hidup
sebelum mati, kaya sebelum miskin, sehat sebelum sakit dan sempat sebelum
sibuk. Jika seseorang terjebak kesibukan yang luar biasa, ia merindukan saat –
saat ia bisa meluangkan waktu untuk diri
sendiri. Dengan waktu luang, seseorang bisa melakukan apa saja yang
diinginkan atau disenangi.
7. Hubungan sosial
Seseorang yang mempunyai banyak teman atau mudah
bergaul dengan orang lain lebih bahagia daripada orang yang tak punya teman.
Hubungan sosial yang luas memudahkan seseorang mencari pekerjaan, atau
meningkatkan jumlah pelanggan apabila ia seorang pengusaha.
8. Rumah dan aset
Seseorang yang mempunyai rumah dan aset lebih bahagia
daripada seseorang yang mengontrak rumah. Tentunya apabila harta yang digunakan
untuk membeli rumah diperoleh dengan cara yang halal, sehingga menimbulkan
ketentraman bathin.
9. Lingkungan
Lingkungan yang dapat menimbulkan kebahagiaan bagi
seseorang adalah lingkungan yang sesuai dengan prinsip yang dipegang, baik
lingkungan kerja, maupun lingkungan rumah. Lingkungan rumah harus memilih
tetangga yang seaqidah dan tetangga yang baik. Tetangga yang buruk mengurangi
tingkat kebahagiaan seseorang
10. Keamanan
Keamanan merupakan sesuatu yang sangat didambakan
semua orang. Suatu negara yang tidak dijamin keamanan didalamnya akan membuat
masyarakat dicekam rasa takut dan cemas.
Itulah sepuluh indikator kebahagiaan. Namun ada yang
lebih penting dari semua itu, yaitu iman dan islam. Dengan iman dan islam akan
menjamin kebahagiaan seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya
orang yang paling beruntung adalah orang yang sabar dan bersyukur. Apabila
ditimpa musibah dia sabar, dan apabila
mendapat ni’mat dia bersyukur. Seseorang yang sedang sakit akan merasa bahagia
apabila dia sabar. Dan seseorang yang belum memiliki rumah alias ngontrak akan
bahagia apabila dia bersyukur. Selain ke sepuluh aspek di atas, berbuat baik
kepada orang lain dapat meningkatkan rasa bahagia.
Bagaimanakah indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia?
Meski harga kebutuhan pokok
sehari-hari naik, dan panggung politik penuh konflik elite, masyarakat
Indonesia tetap berbahagia! Biro Pusat Statistik (2015) merilis indeks
kebahagiaan masyarakat Indonesia tahun 2014 naik menjadi 68,28%. Pada 2013
indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia hanya 65,11% (naik 3,17%). Indeks
kebahagiaan merupakan rata – rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap
individu di Indonesia pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkna
tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin
rendah nilai indeks, maka penduduk semakin tidak bahagia.
Menurut BPS, aspek yang mendongkrak meningkatnya
indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia terutama adalah terjadi peningkatan
penghasilan masyarakat. Meski banyak masyarakat mengakui keharmonisan keluarga
mereka tahun 2014 menurun, penghasilan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan
lain-lain dilaporkan membaik.
Di kalangan penduduk perkotaan yang berpendidikan dan
berpenghasilan makin besar, umumnya hidupnya makin bahagia. Penduduk dengan
penghasilan di atas Rp 7,2 juta, indeks kebahagiaan mencapai 76,34%. Adapun
penduduk berpenghasilan di bawah Rp 1,8 juta, indeks kebahagiaan hanya 64,58%. Dengan
memiliki penghasilan memadai, sebagian besar penduduk Indonesia tampaknya lebih
bahagia.
Kekayaan, penghasilan yang layak, dan terlebih
kemakmuran, memang akan bisa membantu orang-orang dapat hidup nyaman, tenang,
dan bahagia, karena penghasilan mereka lebih besar dari uang yang harus
dikeluarkan sehari-hari. Namun, jika mau melihat lebih mendalam, yang disebut
kebahagiaan sesungguhnya adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Kebahagiaan
itu ada di dalam hati.
Banyak orang yang sehari-hari hidup sederhana, tinggal
di rumah petak, dan banyak utang, tapi di bibirnya masih sering tersenyum dan tertawa
terbahak - bahak saat melihat atau mendengar hal-hal yang dinilai lucu.
Sebaliknya, bukan tak mungkin seseorang yang bergelimang harta, tapi hatinya
resah dan sering bersungut-sungut, justru hidupnya tak bahagia karena selalu di
bawah tekanan dan ambisi yang tak pernah terpuaskan.
Ketika pemerintah menaikkan harga BBM, memangkas
subsidi listrik, atau ketika iklim persaingan di pasar global makin kompetitif,
bukan tidak mungkin para pengusaha besar justru sulit memejamkan mata di malam
hari karena memikirkan kelangsungan usahanya. Kekayaan berlimpah sering
terbukti bukan sumber utama kebahagiaan.
Referensi:
Supawi Pawenang, 2016, Modul
Perkuliahan Lingkungan Ekonomi Bisnis, Surakarta: Program Pascasarjana, UNIBA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar