Rabu, 23 Maret 2016

INDEKS KEBAHAGIAAN INDONESIA



Indeks Kebahagiaan Indonesia
Indeks kebahagiaan atau yang dikenal juga dengan Index of Happines adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat.
Indeks kebahagiaan adalah indeks komposit yang disusun dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap 10 aspek kondisi kehidupan esensial: kesehatan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, rumah dan aset, lingkungan, serta keamanan.
1.      Kesehatan
Dua ni’mat yang sering dilupakan manusia adalah ni’mat sehat dan waktu luang. Kita baru merasakan ni’matnya sehat apabila  sakit. Ketika sakit ingin cepat sembuh. Karena sakit itu tidak enak dan tidak nyaman, menghambat kegiatan kita, sehingga kesehatan dapat menimbulkan bahagia.
2.      Pendidikan
Dengan pendidikan yang lebih tinggi. Orang akan merasa lebih Percaya diri. Lulusan SMP akan lebih percaya diri daripada lulusan SD, dan seterusnya. Apalagi kalau berada di lingkungan pekerjaan.
3.      Pekerjaan
Pekerjaan yang sesuai dengan minat dan hoby tentunya membuat orang merasa nyaman. Apalagi kalau gajinya tinggi.
4.      Pendapatan rumah tangga
Sering kali kita mendengar suami istri bercerai gara – gara gaji suami tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari – hari. Karena istri tidak puas dengan gaji suami.
5.      Keharmonisan keluarga
Suami cekcok dengan istri atau ibu cekcok dengan anak dan sebagainya akan menimbulkan ketidak bahagiaan bagi semua anggota keluarga. Maka bagi setiap pasangan yang sedang melangsingkan pernikahan, apa yang mereka harapkan? Mereka mengharapkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.
6.      Ketersediaan waktu luang
Seperti yang sudah disampaikan diatas, bahwa ni’mat yang sering dilupakan manusia adalah ni’mat sehat dan waktu luang. Petunjuk agama mengajarkan kita untuk beramal di saat masih muda sebelum tua, hidup sebelum mati, kaya sebelum miskin, sehat sebelum sakit dan sempat sebelum sibuk. Jika seseorang terjebak kesibukan yang luar biasa, ia merindukan saat – saat ia bisa meluangkan waktu untuk diri  sendiri. Dengan waktu luang, seseorang bisa melakukan apa saja yang diinginkan atau disenangi.
7.      Hubungan sosial
Seseorang yang mempunyai banyak teman atau mudah bergaul dengan orang lain lebih bahagia daripada orang yang tak punya teman. Hubungan sosial yang luas memudahkan seseorang mencari pekerjaan, atau meningkatkan jumlah pelanggan apabila ia seorang pengusaha.
8.      Rumah dan aset
Seseorang yang mempunyai rumah dan aset lebih bahagia daripada seseorang yang mengontrak rumah. Tentunya apabila harta yang digunakan untuk membeli rumah diperoleh dengan cara yang halal, sehingga menimbulkan ketentraman bathin.
9.      Lingkungan
Lingkungan yang dapat menimbulkan kebahagiaan bagi seseorang adalah lingkungan yang sesuai dengan prinsip yang dipegang, baik lingkungan kerja, maupun lingkungan rumah. Lingkungan rumah harus memilih tetangga yang seaqidah dan tetangga yang baik. Tetangga yang buruk mengurangi tingkat kebahagiaan seseorang
10.  Keamanan
Keamanan merupakan sesuatu yang sangat didambakan semua orang. Suatu negara yang tidak dijamin keamanan didalamnya akan membuat masyarakat dicekam rasa takut dan cemas.
Itulah sepuluh indikator kebahagiaan. Namun ada yang lebih penting dari semua itu, yaitu iman dan islam. Dengan iman dan islam akan menjamin kebahagiaan seseorang baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya orang yang paling beruntung adalah orang yang sabar dan bersyukur. Apabila ditimpa musibah  dia sabar, dan apabila mendapat ni’mat dia bersyukur. Seseorang yang sedang sakit akan merasa bahagia apabila dia sabar. Dan seseorang yang belum memiliki rumah alias ngontrak akan bahagia apabila dia bersyukur. Selain ke sepuluh aspek di atas, berbuat baik kepada orang lain dapat meningkatkan rasa bahagia.
Bagaimanakah indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia?
Meski harga kebutuhan pokok sehari-hari naik, dan panggung politik penuh konflik elite, masyarakat Indonesia tetap berbahagia! Biro Pusat Statistik (2015) merilis indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia tahun 2014 naik menjadi 68,28%. Pada 2013 indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia hanya 65,11% (naik 3,17%). Indeks kebahagiaan merupakan rata – rata dari angka indeks yang dimiliki oleh setiap individu di Indonesia pada tahun 2014. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkna tingkat kehidupan yang semakin bahagia, demikian pula sebaliknya, semakin rendah nilai indeks, maka penduduk semakin tidak bahagia.
Menurut BPS, aspek yang mendongkrak meningkatnya indeks kebahagiaan masyarakat Indonesia terutama adalah terjadi peningkatan penghasilan masyarakat. Meski banyak masyarakat mengakui keharmonisan keluarga mereka tahun 2014 menurun, penghasilan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain dilaporkan membaik.
Di kalangan penduduk perkotaan yang berpendidikan dan berpenghasilan makin besar, umumnya hidupnya makin bahagia. Penduduk dengan penghasilan di atas Rp 7,2 juta, indeks kebahagiaan mencapai 76,34%. Adapun penduduk berpenghasilan di bawah Rp 1,8 juta, indeks kebahagiaan hanya 64,58%. Dengan memiliki penghasilan memadai, sebagian besar penduduk Indonesia tampaknya lebih bahagia.
Kekayaan, penghasilan yang layak, dan terlebih kemakmuran, memang akan bisa membantu orang-orang dapat hidup nyaman, tenang, dan bahagia, karena penghasilan mereka lebih besar dari uang yang harus dikeluarkan sehari-hari. Namun, jika mau melihat lebih mendalam, yang disebut kebahagiaan sesungguhnya adalah sesuatu yang relatif dan subjektif. Kebahagiaan itu ada di dalam hati.
Banyak orang yang sehari-hari hidup sederhana, tinggal di rumah petak, dan banyak utang, tapi di bibirnya masih sering tersenyum dan tertawa terbahak - bahak saat melihat atau mendengar hal-hal yang dinilai lucu. Sebaliknya, bukan tak mungkin seseorang yang bergelimang harta, tapi hatinya resah dan sering bersungut-sungut, justru hidupnya tak bahagia karena selalu di bawah tekanan dan ambisi yang tak pernah terpuaskan.
Ketika pemerintah menaikkan harga BBM, memangkas subsidi listrik, atau ketika iklim persaingan di pasar global makin kompetitif, bukan tidak mungkin para pengusaha besar justru sulit memejamkan mata di malam hari karena memikirkan kelangsungan usahanya. Kekayaan berlimpah sering terbukti bukan sumber utama kebahagiaan.
Referensi:
Supawi Pawenang, 2016, Modul Perkuliahan Lingkungan Ekonomi Bisnis, Surakarta: Program Pascasarjana, UNIBA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar